Indonesia Batal Membeli Su-35 dari Rusia: Fokus pada Alternatif Lain

Rencana Indonesia untuk membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia, yang sempat diumumkan pada 2014, resmi dibatalkan. Keputusan ini diambil setelah serangkaian negosiasi yang terhambat oleh sanksi internasional dan tekanan geopolitik, sebagaimana dilansir dari berbagai sumber, termasuk Kompas.com.

Latar Belakang Pembatalan

Pada 2014, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengumumkan rencana pembelian 16 Su-35 untuk menggantikan F-5 Tiger TNI AU yang sudah menua. Kontrak senilai lebih dari Rp 15 triliun diteken pada 2018 dengan skema barter, melibatkan ekspor komoditas seperti karet dan kelapa sawit. Namun, ancaman sanksi CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) dari AS dan ketidakpastian geopolitik akibat konflik Rusia-Ukraina menghentikan rencana ini. Pada 2022, Indonesia, bersama Mesir dan Aljazair, mengonfirmasi pembatalan pesanan Su-35, beralih ke opsi lain seperti Rafale dari Perancis.

Spesifikasi Su-35

Su-35S, generasi 4++, adalah jet tempur multiperan dengan kemampuan superioritas udara dan serangan darat. Dilengkapi mesin AL-41F1S dengan thrust vectoring, radar Irbis-E PESA (jangkauan 400 km), dan sistem penangkal elektronik Khibiny-M, Su-35 mampu membawa rudal jarak jauh R-77, R-37M, dan bom KAB-500. Pesawat ini memiliki kecepatan maksimum Mach 2,25 dan jangkauan operasional hingga 3.600 km tanpa pengisian bahan bakar.

Perkembangan Terkini

  • Rusia dan Ekspor Su-35: Rusia terus memproduksi Su-35S di Komsomolsk-on-Amur, dengan pengiriman batch pertama 2025 ke Angkatan Udara Rusia (VKS) pada Maret 2025. Iran juga telah mengonfirmasi pembelian 24 Su-35 pada Januari 2025, menggantikan F-14 Tomcat yang sudah tua, dengan pengiriman mulai 2023. Aljazair menerima unit pertama pada Maret 2025 dari kontrak yang awalnya ditujukan untuk Mesir.

  • India dan Proposal Su-35M: Pada Februari 2025, Rusia menawarkan paket Su-35M dan Su-57E ke India untuk tender MRFA (Multi-Role Fighter Aircraft). Su-35M dianggap solusi jangka pendek yang kompatibel dengan Su-30MKI milik India, dengan potensi pengiriman 40 unit dalam tiga tahun.

  • Konflik Ukraina: Su-35S aktif digunakan Rusia dalam perang Ukraina, namun lebih dari 10 unit dilaporkan jatuh sejak 2022, termasuk satu unit pada 7 Juni 2025 di Kursk, akibat serangan Ukraina.

Analisis

Pembatalan pembelian Su-35 oleh Indonesia mencerminkan strategi diplomasi netral dan kehati-hatian terhadap sanksi Barat. Fokus beralih ke Rafale, yang menawarkan teknologi modern dan kemitraan strategis dengan Perancis tanpa risiko sanksi. Meski Su-35 memiliki keunggulan manuver dan biaya lebih rendah dibandingkan F-35, radar PESA dan kurangnya fitur siluman membuatnya kurang kompetitif melawan jet generasi kelima. Keputusan Indonesia untuk beralih ke Rafale juga mendukung diversifikasi alutsista dan kerja sama dengan NATO, sekaligus menghindari ketergantungan pada Rusia di tengah ketegangan global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *