Indonesia Perkuat Pertahanan Udara dengan Pembelian 42 Jet Tempur Rafale dari Perancis

Jakarta, 26 Juli 2025 – Indonesia telah menyelesaikan kontrak pembelian 42 unit jet tempur Rafale generasi 4.5 dari Dassault Aviation, Perancis, sebagai bagian dari strategi modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Udara. Kontrak senilai USD 8,1 miliar (sekitar Rp 132 triliun) ini mencakup pesawat, persenjataan, pelatihan, dan dukungan logistik, dengan pengiriman pertama dijadwalkan pada awal 2026.
Tahapan Kontrak
Kementerian Pertahanan RI menandatangani kontrak secara bertahap: 6 unit pada September 2022, 18 unit pada Agustus 2023, dan 18 unit terakhir pada Januari 2024. Proses produksi untuk batch terakhir telah dimulai, dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dilibatkan dalam kerja sama pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (MRO), serta potensi pengembangan teknologi melalui skema offset.
Spesifikasi Rafale
Rafale, pesawat omnirole bermesin ganda, mampu menjalankan misi superioritas udara, serangan presisi, pengintaian, dan anti-kapal. Dilengkapi rudal METEOR, MICA, SCALP, dan meriam NEXTER 30 mm, Rafale memiliki sistem perlindungan elektronik SPECTRA untuk bertahan dari ancaman udara dan darat. Pesawat ini telah teruji dalam operasi di Libya, Mali, dan Suriah, menjadikannya andalan NATO.
Tujuan Strategis
Pembelian ini bertujuan menggantikan armada TNI AU yang menua, seperti F-5 Tiger, serta melengkapi F-16 dan Sukhoi Su-27/30. Rafale diharapkan memperkuat kedaulatan udara Indonesia, terutama di tengah dinamika geopolitik di Laut China Selatan. Pengamat militer Khairul Fahmi menyebut Rafale sebagai langkah strategis untuk meningkatkan posisi tawar Indonesia di kawasan Asia-Pasifik, sekaligus mendukung diplomasi pertahanan tanpa keterikatan ketat seperti alutsista AS.
Kontroversi dan Tantangan
Pembelian Rafale sempat dikritik karena dianggap kalah canggih dibandingkan pesawat generasi kelima seperti F-35 atau Su-57. Insiden pada Mei 2025, di mana tiga Rafale India ditembak jatuh oleh J-10C Pakistan, memicu debat tentang efektivitasnya. Namun, TNI AU dan Kementerian Pertahanan menegaskan kesiapan melalui pelatihan pilot di Perancis dan pengembangan taktik adaptif.
Rencana Penambahan
Pada Mei 2025, Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Perancis Emmanuel Macron menandatangani Letter of Intent untuk potensi pembelian tambahan 12 unit Rafale, seiring peningkatan kapasitas produksi Dassault Aviation. Keputusan ini masih menunggu kajian anggaran, dengan fokus pada transfer teknologi dan penguatan industri pertahanan dalam negeri.
Dampak Regional
Rafale akan menjadikan Indonesia sebagai negara kedua di Asia-Pasifik, setelah India, yang mengoperasikan jet ini. Dengan kerja sama yang melibatkan kapal selam Scorpene dan radar Thales, Indonesia memperdalam kemitraan strategis dengan Perancis, sekaligus menjaga diplomasi netral di tengah persaingan AS-China.