Sejarah dan Perkembangan Terkini Kopassus TNI AD 2025

Jakarta, 26 Juli 2025 – Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dikenal sebagai Korps Baret Merah, adalah pasukan elit TNI Angkatan Darat yang memiliki sejarah panjang dan peran krusial dalam menjaga kedaulatan Indonesia. Berikut adalah ulasan singkat tentang sejarah pembentukan dan perkembangan Kopassus hingga saat ini.
Sejarah Pembentukan
Kopassus berdiri pada 16 April 1952, diprakarsai oleh Kolonel Alexander Evert Kawilarang melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III No. 55/Instr/PDS/52. Cikal bakal satuan ini, Kesatuan Komando Teritorium III (Kesko TT), lahir dari kebutuhan mendesak untuk menghadapi pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada Juli 1950. Operasi penumpasan RMS, yang dipimpin Letkol Slamet Riyadi, berhasil namun menelan banyak korban TNI karena keunggulan taktis dan semangat juang pemberontak. Kekalahan ini mendorong gagasan pembentukan pasukan khusus yang cepat, tangguh, dan efektif di medan sulit.
Komandan pertama, Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan kapten KNIL dan veteran Perang Dunia II, membentuk satuan ini dengan pelatihan intensif bersama Kapten Marzoeki Soelaiman. Satuan ini awalnya berbasis di Bandung dengan hanya sekitar 100 prajurit. Nama Kopassus berkembang melalui beberapa perubahan: Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) pada 1953, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 1955, Pusat Pasukan Khusus TNI-AD (Puspassus) pada 1966, Kopassandha pada 1971, hingga resmi menjadi Kopassus pada 1985.
Peran dan Prestasi
Kopassus terlibat dalam berbagai operasi penting, seperti:
-
Penumpasan Pemberontakan: Menghadapi DI/TII, PPRI/Permesta, dan G30S/PKI (1965).
-
Operasi Trikora dan Dwikora: Pembebasan Irian Barat (1961-1962) dan konfrontasi Indonesia-Malaysia (1962-1966).
-
Operasi Seroja: Invasi Timor Timur (1975) dan penangkapan Xanana Gusmao (1992).
-
Pembebasan Sandera: Operasi Woyla di Bandara Don Mueang, Thailand (1981), dan sandera di Mapenduma, Papua (1996).
-
Anti-Terorisme: Peran Satuan 81/Gultor dalam menangani ancaman teror sejak 2000-an, termasuk operasi di Poso dan Aceh.
Kopassus juga meraih pengakuan internasional, seperti dinobatkan sebagai pasukan elit terbaik ketiga dunia oleh Discovery Channel Military pada 2008 dan juara kedua dalam kompetisi intelijen di Wina, Austria.
Kontroversi
Meski berprestasi, Kopassus memiliki catatan kelam terkait dugaan pelanggaran HAM, seperti pembunuhan wartawan Balibo Five (1975) dan penculikan aktivis prodemokrasi pada 1997-1998 oleh Tim Mawar di bawah komando Mayjen Prabowo Subianto. Kasus-kasus ini tetap menjadi sorotan hingga kini.
Perkembangan Terkini
Pada 2025, Kopassus merayakan HUT ke-73 dengan tema “Profesional, Modern, Adaptif, dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Struktur organisasi saat ini terdiri dari lima grup:
-
Grup 1/Parako (Serang, Banten): Spesialisasi perang gerilya dan anti-gerilya.
-
Grup 2/Sandha (Solo, Jawa Tengah): Operasi intelijen khusus.
-
Grup 3/Pusdiklatpassus (Batujajar, Jawa Barat): Pendidikan dan pelatihan.
-
Grup 4/Sandha (Cijantung, Jakarta): Intelijen dan operasi khusus.
-
Grup 5/Anti-Teror (Cijantung, Jakarta): Satuan 81/Gultor untuk penanggulangan teror.
Kopassus terus memodernisasi kemampuan melalui pelatihan intensif, seperti infiltrasi, penanggulangan teror, dan operasi lintas medan (darat, laut, udara). Prajurit dilatih untuk memiliki loyalitas tinggi, disiplin, dan kemampuan bertahan hidup di kondisi ekstrem.
Pada Juli 2025, rencana pembangunan markas baru di Dumai, Riau, seluas 130 hektar diumumkan, memanfaatkan posisi strategis di Selat Malaka untuk memperkuat operasi di wilayah perbatasan. Selain itu, Kopassus aktif dalam misi kemanusiaan, seperti bantuan bencana alam, penghijauan, dan donor darah, serta latihan bersama dengan pasukan khusus negara lain, termasuk Super Garuda Shield 2023 dengan AS.
Tantangan dan Masa Depan
Kopassus menghadapi tantangan modern, seperti ancaman terorisme, perang hibrida, dan perkembangan teknologi militer. Untuk tetap relevan, Kopassus meningkatkan profesionalisme, integrasi teknologi seperti drone, dan interoperabilitas melalui latihan internasional. Dengan motto “Berani, Benar, Berhasil” dan semboyan “Lebih Baik Pulang Nama daripada Gagal di Medan Laga”, Kopassus terus menjadi tulang punggung pertahanan Indonesia.