Mengenal Lebih Dekat Rudal Hipersonik Kinzhal Rusia

Rudal Kh-47M2 Kinzhal, yang berarti “Dagger” dalam bahasa Rusia, menjadi salah satu senjata strategis andalan Rusia yang kerap disorot dalam konflik global, termasuk perang di Ukraina. Diperkenalkan Presiden Vladimir Putin pada Maret 2018, Kinzhal digadang-gadang sebagai rudal hipersonik “tak tertandingi”. Namun, apa sebenarnya Kinzhal, dan seberapa canggih senjata ini?
Spesifikasi dan Desain
Kinzhal adalah rudal balistik berpeluncur udara (air-launched ballistic missile) yang dikembangkan dari rudal Iskander-M berbasis darat. Dengan panjang 8 meter, diameter 1 meter, dan berat peluncuran sekitar 4.300 kg, rudal ini mampu membawa hulu ledak konvensional atau nuklir seberat 480 kg, termasuk opsi termonuklir 10-50 kiloton.
-
Kecepatan: Mencapai Mach 4 (4.900 km/jam) setelah peluncuran dan hingga Mach 10 (12.350 km/jam) pada fase tertentu, meski kecepatan ini tidak konstan sepanjang lintasan.
-
Jangkauan: 1.500-2.000 km saat diluncurkan dari MiG-31K, dan hingga 3.000 km dari Tu-22M3, termasuk jarak tempuh pesawat pembawa. Jangkauan rudal itu sendiri sekitar 460-480 km setelah dilepas.
-
Sistem Panduan: Menggunakan Inertial Navigation System (INS), GLONASS GPS, dan sensor optik untuk homing terminal, memungkinkan presisi tinggi meski ada kritik soal akurasi.
Platform Peluncuran
Kinzhal dirancang untuk diluncurkan dari pesawat seperti MiG-31K, yang mampu terbang pada ketinggian 15-18 km dengan kecepatan Mach 2,8, memberikan dorongan awal untuk rudal. Varian lain diluncurkan dari pembom strategis Tu-22M3M, Tu-160, dan kemungkinan Su-57. Pesawat-pesawat ini meningkatkan fleksibilitas dan jangkauan operasional, mempersulit prediksi arah serangan.
Kemampuan dan Kontroversi
Rusia mengklaim Kinzhal sulit dicegat karena kecepatan tinggi, lintasan kuasi-balistik yang tidak dapat diprediksi, dan kemampuan manuver. Namun, para analis Barat, termasuk dari RAND dan Brookings, menyebut label “hipersonik” Kinzhal menyesatkan. Berbeda dari rudal hipersonik sejati seperti glide vehicle atau cruise missile yang manuver pada kecepatan tinggi, Kinzhal lebih mirip rudal balistik yang hanya mencapai kecepatan hipersonik (Mach 5+) pada fase tertentu tanpa manuver signifikan.
-
Penggunaan di Ukraina: Pertama kali digunakan pada Maret 2022 untuk menghancurkan gudang amunisi di Deliatyn, Ukraina. Hingga 2025, Kinzhal telah diluncurkan dalam beberapa serangan, termasuk 10 rudal pada 2 Januari 2025 di Kyiv. Namun, pada Mei 2023, Ukraina berhasil menjatuhkan beberapa Kinzhal menggunakan sistem Patriot, menantang klaim “tak tertandingi”.
-
Kelemahan: Analis Tiongkok pada 2023 mencatat Kinzhal kurang mampu manuver lateral dan bergantung pada teknologi balistik era 1980-an, membuatnya rentan terhadap sistem pertahanan udara modern seperti Patriot PAC-3.
Produksi dan Biaya
Diproduksi oleh Kolomna Machine-Building Design Bureau (KBM) di bawah Rostec, setiap Kinzhal diperkirakan berharga USD 10 juta. Jumlah total produksi dirahasiakan, namun intelijen Ukraina memperkirakan Rusia memiliki sekitar 50 unit sebelum invasi 2022, dengan 21 rudal digunakan hingga Maret 2023. Sanksi Barat menyulitkan produksi karena ketergantungan pada elektronik impor.
Dampak Strategis
Kinzhal dirancang untuk menembus pertahanan udara musuh, menargetkan infrastruktur kritis seperti pangkalan udara, pusat komando, atau kapal perang. Rusia memanfaatkannya sebagai alat propaganda untuk menunjukkan keunggulan teknologi, meski keberhasilannya di Ukraina dipertanyakan. Keberhasilan Patriot menjatuhkan Kinzhal pada 2023 menunjukkan bahwa sistem pertahanan modern dapat mengatasi ancaman ini, meski tetap menantang karena kecepatan dan lintasannya.
Kesimpulan
Kinzhal adalah senjata strategis yang mengesankan dengan kecepatan dan jangkauannya, namun bukanlah rudal hipersonik sejati seperti yang diklaim Rusia. Meski mampu menimbulkan ancaman serius, kelemahan manuver dan kerentanan terhadap sistem seperti Patriot menunjukkan bahwa “Dagger” ini tidak benar-benar tak terkalahkan. Di tengah konflik Ukraina, Kinzhal tetap menjadi simbol ambisi militer Rusia, sekaligus mengundang skeptisisme dari komunitas internasional.